Berita Terkini

Pemilu Terakhir Transisi Demokrasi

Illustrasi
Setelah melewati sejumlah tahapan, Pemilihan Umum Legislatif 2014 akhirnya memasuki tahapan paling krusial yakni pemungutan suara, hari ini. Inilah pertaruhan bagi bangsa lima tahun ke depan. Inilah penentuan apakah Republik ini mampu menapaki era demokrasi yang sesungguhnya atau tetap berkutat di masa transisi menuju demokrasi.

Gelombang reformasi pada 1998 yang meruntuhkan rezim Orde Baru memang telah mengentaskan bangsa ini dari alam kediktatoran ke alam kebebasan. Era reformasi ialah tonggak peralihan dari kekuasan oligarki ke kekuasaan demokrasi. Namun sulit disangkal, demokrasi yang sudah 16 tahun menjadi sistem berbangsa dan bernegara masih sebatas formalitas. 

Demokrasi masih dipandang dan diposisikan semata sebagai kebebasan, tapi belum menyentuh esensi dan substansi demokrasi itu sendiri. Demokrasi yang kita anut bahkan telah menyimpang arah menjadi sistem yang terlalu liberal. Demokrasi yang jauh dari kearifan lokal, demokrasi yang kebablasan, demokrasi yang diperalat untuk memburu kekuasaan tapi tak memedulikan proses. Dengan model demokrasi itulah, Republik ini terus terjerat segudang persoalan di segala bidang.

Kita telah sepakat memilih jalan demokrasi sebagai panduan hidup bernegara. Akan tetapi, kita pun harus bersepakat bahwa bukan sembarang demokrasi tetapi demokrasi yang sesungguhnya yang mesti menjadi haluan. Karena itulah kita mesti memandang pemungutan suara hari ini sebagai akhir dari masa transisi untuk menuju demokrasi sejati. Memang tidak mudah untuk menjalankan prinsip-prinsip demokrasi setelah lebih dari 30 tahun bangsa ini hidup dalam cengkeraman kediktatoran. 

Namun, waktu 16 tahun sejak keran reformasi dibuka bukanlah waktu yang sebentar untuk kita lewatkan. Sudah tiga kali pemilu di era reformasi kita gagal mewujudkan demokrasi yang sesungguhnya sehingga tidak ada alasan lagi pada pemilu keempat berbiaya Rp16 triliun ini kegagalan itu terulang. 

Pemilu 2014 ialah momentum yang tepat guna mengakhiri transisi demokrasi. Memang tidak gampang, tetapi bukan berarti mustahil direalisasikan jika ada tekad dan kemauan. Negara-negara lain bisa melampaui masa transisi menuju demokrasi sesungguhnya setelah melewati dua pemilihan umum. Melalui forum ini berkali-kali kita ingatkan agar rakyat tidak lagi apatis, tidak lagi masa bodoh atas masa depan bangsa. Sudah saatnya rakyat bangkit menunjukkan kepedulian dengan menggunakan hak pilih secara cerdas demi mengubah wajah bangsa.

Kuncinya pun sederhana, yakni dengan memilih calon-calon pemimpin yang mampu dan mau menghadirkan perubahan. Bukan mereka yang sudah nyata-nyata selalu sibuk dengan diri sendiri maupun kelompok sehingga abai memperjuangkan kepentingan rakyat. Dengan memilih pemimpin yang kredibel dan kapabel, kita layak mengapungkan harapan bahwa demokrasi akan kian matang di masa mendatang. Demokrasi tak akan lagi direcoki pelanggaran dan kecurangan, tidak lagi pula dinodai permainan politik uang, tetapi sepenuhnya menjadi pertarungan ide dan gagasan demi mengangkat harkat dan martabat bangsa.

Bangsa yang pintar ialah bangsa yang pantang menyia-nyiakan setiap kesempatan menuju kebesaran. Kita tentu tak ingin dicap sebagai bangsa keledai karena lagi-lagi melewatkan pemilu sebagai peluang untuk mengakhiri era transisi demokrasi menuju demokrasi sejati.

Sumber: metrotv

SHARE BERITA:


Alamat: Jl. Tiga Lingga No. 34 Km 6, Dairi, Sumatera Utara Kontak : 6285360048678, 6288261852757 Email : maha_lipan@yahoo.co.id, maha.lipan@gmail.com.

Hak cipta @ 2009-2014 MAHALIPAN Dilindungi Undang-undang | Designed by Mahalipan | Support by Templateism.com | Power by Blogger

Theme images by Gaussian_Blur. Powered by Blogger.