Selasa, 6 Desember 2011 12:31 WIB
Ketua Mahkamah Konstitusi (MK), Mahfud MD menilai saat ini Polri telah "tersandera" oleh kekuatan politik dan sejarah masa lalu, sehingga Polri tidak bisa menyelesaikan kasus secara baik."Ada kekuatan politik yang memanfaatkan Polri. Terkadang, ada kasus-kasus besar hilang karena polisi menjadi bagian dari problem atau kasus itu. Persoalan ini hadir, antara lain 'disandera' oleh sejarah masa lalu dan saling sandera," kata Mahfud saat memaparkan "Refleksi 13 Tahun Reformasi" dalam Seminar Politik: Selamat Tinggal Politik Transaksional, Selamat Datang Politik Bermartabat di Jakarta, Selasa.
Dalam pemaparannya di acara seminar yang diselenggarakan oleh Centre for Strategic And International Studies (CSIS) itu, lebih lanjut dia mengatakan, bahkan pada tingkat elit saling sandera lebih gila lagi.
Dengan disandera oleh kekuatan politik dan masa lalu, maka Polri tidak bisa bergerak dengan leluasa karena ada kekuatan politik yang mengancam. "Bukan kesalahan Polri kadang kala, karena ketika Polri memiliki sebuah kasus dan mau bergerak, tiba-tiba ada kekuatan politik yang mengancam," paparnya.
Ketika ditanya, kekuatan politik ini dari siapa, jawab Mahfud, kalau kita tahu namanya bukan politik lagi dan gampang dibongkar. Itu "invisible hand". Dari belakang di pegang tengkuknya jangan kesitu, katanya.
"Kasihan sebenarnya Polri, saya kenal secara pribadi dengan para pejabatnya. Niatnya baik betul dan punya tujuan, Langkah-langkah yang sebenarnya ingin maju tapi terhambat oleh lingkungan politik. Tidak bisa menyalahkan Polri terus, tapi sistem politik harus diperbaiki," katanya.
Ia pun mengajak agar melupakan masa lalu karena masa lalu merupakan kesalahan kolektif bersama. Berpikirlah yang baru ke depan," tuturnya.
Pembicara dalam seminar itu, antara lain, Alexandra Retno Wulan (CSIS), Teten Masduki (TII), Ulil Abshar (Jaringan Islam Liberal), J Kristiadi (CSIS), Komaruddin Hidayat (UIN Syarif Hidayatullah ), Ahmad Syafii Ma'arif (Maarif Institute), dan Anies Baswedan (Rektor Universitas Paramadina). (tvone/Ant)
SHARE BERITA: