proyek Irigasi TA 2011 psda pu bina marga kab dairi |
Medan,Staf Program Lembaga Studi Pers dan Pembangunan, Najib Abu Yaser menegaskan, investigasi harusnya dilakukan sebelum praktek korupsi terjadi bukan setelah korupsi baru dilakukan investigasi.
"Sebelum anggaran diketuk palu. Kita sudah ikut mengawal, mengawasi, apa-apa saja deal-deal politik yang terjadi di Badan Anggaran (Banggar)," kata Najib Abu Yaser di sela-sela Pelatihan Jurnalisme Investigasi Anggaran di Hotel Madani Medan, Jumat (9/12).
Dia menjelaskan, jurnalis juga bagian dari masyarakat dan masyarakat juga harus didorong karena memiliki peran dimana dalam anggaran negara itu ada dana masyarakat yang diambil dari pajak masyarakat makanya uang itu harus diawasi penggunaannya.
Menurutnya, media adalah yang paling terpenting untuk melakukan pengawasan anggaran tersebut, makanya tanpa media masyarakat tidak bisa berbuat banyak. Diakui meskipun tidak semua media melakukan investigasi tapi paling tidak ada hal-hal yang dilakukan jurnalis dalam menyoroti anggaran.
"Untuk itu, dengan adanya penyorotan tentang anggaran paling tidak ada keterampilan dan kemampuan masyarakat melakukan investigasi terkait anggaran daerah dan proyek-proyek yang dikerjakan oleh pemerintahan daerah maupun pusat. "Ini akan membuka mata masyarakat dan akhirnya masyarakat juga terdorong, terbangkit untuk juga mengawasi pemerintahan. Bayangkan jika media tidak melakukan itu masyarakat tidak tahu," katanya.
Menurutnya, saat ini ada UU terkait Informasi Publik tapi UU tidak menjadi semacam alat informasi untuk membuka informasi justru malah semakin sulit, seharusnya jika menjadi undang-undang semua aparat negara mengikutinya.
Proses Panjang
Saat ditanya kualitas jurnalis melakukan investigas terkait anggaran? Abu menjawab prosesnya panjang karena disadari selama 32 tahun media dibungkam, ada sistem bredel, ancaman, dan teror dari pelaku penyelewengan tapi ketika demokrasi sudah bergaung di Indonesia, media juga mempunyai kebebasan, makanya jurnalis sendiri harus banyak belajar, baca buku dan diskusi dan memantapkan diri dia adalah bagian dari masyarakat dan dia adalah pelayanan bagi masyarakat dan bagian tugas-tugasnya pencerahan masyarakat, mendidikan masyarakat untuk berani menanyakan haknya seperti anggaran karena di anggaran tersebut ada uang masyarakat dan harus dipertanyakan kegunaan anggaran tersebut."Kita buktikan banyak jembatan yang roboh berarti ada terjadi kesalahan, bagaimana anggaran dibuat, bagaimana diproses tidak ada yang tahu, siapa yang punya tugas ini tentunya media ,"ucapnya.
Mulai dengan Kasus-kasus Kecil
Pelatihan yang digelar LSPP-Kemitraan-USAID bekerjasama dengan Fitra Sumut menghadirkan pemateri Edy Barlianto (Jurnalis Senior Bisnis Indonesia) dan Metta Dharmasaputra (Jurnalis Senior Mingguan Tempo).
Edy Barlianto dalam pemaparan menyatakan, peliputan investigasi tidak harus dimulai dengan kasus-kasu yang besar tapi masalah-masalah kecil yang ada juga bisa dilakukan investigas seperti masalah parkir maupun masalah pertamanan.
Dia juga menegaskan, saat ini prilaku korupsi sudah berubah, saat anggaran dibahas sudah mulai melakukan korupsi. Makanya, wartawan yang akan melakukan investigas harus memiliki modal dasar yakni jaringan, kebersayaan dari sumber, menulis tidak pernah salah dan mengusai betul bidang yang akan diinvestigasi.
Sementara Metta Dharmasaputra menambahkan, seorang jurnalis yang akan melakukan investigasi harus ulet, sabar, tidak gembar gembor tapi sunyi dan senyap, berbasis data, dan bersahabat dengan data.
Jurnalis juga tidak boleh lari dari kerumitan masalah. Sebagai jurnalis yang pernah melakukan investigasi terkait kasus pajak yang melibatkan pengusaha besar yang berkantor di Medan , Metta mengingatkan seorang jurnalis dalam melakukan investigasi tidak boleh menyerah selain itu selalu mempertimbangkan keselamatan sumber di atas segala. (analisadaily/maf)
SHARE BERITA: