Bupati Wonosobo |
Jakarta - Ternyata tak cukup petugas kepolisian dan TNI yang menjaga keamanan. Bupati Wonosobo, Abdul Kholiq Arif, mengerahkan preman untuk menjaga ketertiban antar-umat beragama di daerahnya.
“Mereka tidak boleh dibuang, kecuali melanggar hak orang lain,” kata Bupati Kholiq, yang terpilih menjadi Tokoh Kepala Daerah Pilihan Tempo 2012.
Kholiq mengisahkan, sepanjang 2004 sampai 2010, Kabupaten Wonosobo belum lepas dari masalah-masalah sosial, seperti tawuran antarkampung, kerusuhan, hingga angka kriminalitas yang cukup tinggi.
Pada periode ini, kebakaran hebat menghanguskan pasar induk Wonosobo. Pencuri dibakar, meledak perkelahian, lalu toko-toko tutup lebih awal. Untuk mengatasi persoalan kemanan ini, sang Bupati merangkul para preman.
Kholiq kemudian melibatkan para preman dalam kegiatan keagamaan dan tradisi macapatan--tembang tradisional Jawa. Ia juga menggandeng Komando Distrik Militer untuk memberikan terapi kepada para jawara itu.
Hasilnya, saat ini kondisi di Wonosobo aman-tenteram. Tak ada konflik yang bergejolak, apalagi kerusuhan antar-umat beragama. Para penganut Konghucu, Tao, Buddha, sampai Ahmadiyah dapat menjalankan ibadah dan merayakan hari besar agama tanpa rasa takut. “Sejumlah kiai dan habib kerap menghadiri undangan kami di kelenteng ini,” kata warga suku Tionghoa, Imam Darmadi.
Begitu pula yang dirasakan setidaknya 6.000 penganut Ahmadiyah. Mubalig Jemaah Ahmadiyah, Sajid Ahmad Sutikno, mengatakan, ketegasan Bupati membuat mereka aman. “Kami tidak punya masalah di sini,” kata dia.
Sumber: tempo.co
SHARE BERITA: