Berita Terkini

Belajar dari Pejabat Publik

Oleh : Tony,SH.,M.Kn. Head line minggu ini, Gloria Arroyo ditangkap, bekas orang nomor satu negara Filipina, mantan presiden dan professor di salah satu universitas di Manila, ia ditahan di Bandara Internasional Manila, ketika menuju ke Singapura untuk mengobati penyakit tulang punggungnya.
Dengan wajah yang pucat pasi, ia didorong dengan kursi roda, yang sama sekali hilang penampilan masa lalunya yang khas sebagai seorang presiden wanita di negara Asia yang mungil dan cantik. Kelihatan seperti seorang nenek tua yang sedang menangis dan butuh bantuan, mulutnya masih ditutup dengan masker.Namun ia tetap ditangkap oleh pihak yang berwenang Filipina atas perintah pengadilan, dengan tuduhan klasik : korupsi dan kecurangan pemilu.
Yang lebih menyedihkan lagi, seorang penguasa otoriter selama 42 tahun di Libya, Moamar Kadafy, yang disegani kawan dan lawan, harus tewas di tangan rakyatnya sendiri, setelah diseret dan disiksa, dimana sebelumnya ia masih sempat memelas. Tetapi apa yang terjadi, massa revolusioner sudah tak terkendali lagi, peluru pistol juga-lah yang mengakhiri hidupnya.Ia dieksekusi oleh peradilan rakyat tanpa terlebih dahulu diusut kesalahannya,

Menilik dari kedua peristiwa besar tersebut diatas, kita terpaksa bertanya : apa yang terjadi pada peradaban manusia di abad ini - Siapakah yang salah - Salahkah sesorang bila menjadi pemimpin - Jawabannya tentunya : tidak . Apabila pemimpin itu menyadari bahwa status kepemimpinan itu adalah amanat dan kehendak yang Maha Kuasa. Sehingga jabatan itu adalah untuk pelayanan publik, bukan dilayani publik.

Kita dapat saja menyaksikan bahwa begitu manjanya seorang pejabat ketika ia hadir pada sebuah acara seremonial, posisi kursinya adalah VVIP, ketika masuk ke ruangan, ia disambut oleh serombongan tarian ayu bak menyambut sang raja, menu makanannya juga tidak biasa, pidatonya juga senantiasa diiringi dengan aplaus, berjalan juga harus dikawal, bahkan ajudannya saja harus diservis. Suka tidak suka, ini adalah kenyataan.

Apakah hal-hal tersebut tidak disadari oleh pejabat tersebut - atau dengan sengaja melakukan pembiaran saja - Memang sampai saat ini belum ada berita yang mengabarkan seorang pejabat yang menolak dilayani.

Apakah kita kekurangan figur-figur yang layak diteladani? Ternyata tidak. Mantan Wakil Presiden I RI, Muhammad Hatta misalnya, seorang tokoh besar bangsa Indonesia yang konsisten, komitmen, rasional, rendah hati dan tidak pendendam yang mampu menumpang angkutan kota ketika sudah menjadi pejabat.

Gusdur (Abdurrahman Wahid), mantan Presiden RI, juga dikenal Bapak Pluralisme dan Multikulturalisme, seorang guru bangsa yang siap membela minoritas sekalipun harus melawan arus, kesederhanaannya yang patut diteladani, mampu mengubah istana presiden menjadi istana rakyat.

Masih banyak tokoh-tokoh besar yang masih dapat kita panuti. Tetapi pada masa kini, apakah hal ini pernah kita renungkan - Kita bahkan lebih mengagumi pejabat yang kaya raya, punya sederatan mobil mewah, keluarganya hidup glomour dan lain sebagainya.

Seorang teman, warga Singapura diundang tax officer ke kantornya untuk diberikan pengarahan bagaimana membayar pajak dengan benar dan hemat, karena wajib pajak tersebut telah membayar pajak secara berlebihan.

Sedangkan di kota penulis, seorang fiscus, karena mendengar kata-kata yang kurang berkenan dari wajib pajak, lantas melontarkan kata : " …saya ini tidak macam-macam, saya masih punya karier yang panjang, saya juga bisa emosi (marah)…" . Masih ada juga pejabat yang sering mengatakan kepada warga yang membutuhkan bantuannya : " Anda tidak pernah mau datang ke kantor ini kalau tidak ada masalah."

Apakah perlu seorang pejabat publik bersikap demikian dalam pelayanannya - Dimana letak hakiki pelayanannya. Mari kita sama-sama belajar.

Penulis adalah Pengamat sosial, email:tony_notary@windowslive.com)/analisadaily.com

SHARE BERITA:


Alamat: Jl. Tiga Lingga No. 34 Km 6, Dairi, Sumatera Utara Kontak : 6285360048678, 6288261852757 Email : maha_lipan@yahoo.co.id, maha.lipan@gmail.com.

Hak cipta @ 2009-2014 MAHALIPAN Dilindungi Undang-undang | Designed by Mahalipan | Support by Templateism.com | Power by Blogger

Theme images by Gaussian_Blur. Powered by Blogger.